Sabtu, 02 Maret 2013

Apa Kabar Internet 40 Gbps Sigbritt di 2013?

Beberapa hari terakhir ini disekitar saya mencuat kembali berita yang cukup heboh 5 tahun lalu. Sekitar 2007/2008. Berita mengenai koneksi internet pribadi dengan kecepatan 40 Gbps milik seorang nenek  berusia 75 tahun (artinya sekarang sekitar 80 tahun) bernama Sigbritt Löthberg. Nenek warga negara Swedia ini merupakan ibu dari legenda internet, Peter Löthberg.

Akhir-akhir ini berita tersebut muncul seolah-olah berita tersebut adalah berita baru. Atau, seolah-olah 40 Gbps masih memegang rekor hingga hari ini. Benarkah? Saya pribadi sangat meragukan. Hal tersebut tentu seperti perkembangan teknologi internet yang tidak berjalan selama 5 tahun ini. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak (dengan sedikit curcol dari saya).

Berita dari The Local
Rumah Sigbritt Löthberg ini telah dilengkapi dengan koneksi internet dengan kecepatan 40 Gigabit per detik, ribuan kali lebih cepat daripada kecepatan rata-rata internet rumahan dan merupakan pengguna rumahan pertama yang dapat menikmati internet dengan kecepatan sebesar itu.

Namun Sigbritt yang selama ini belum pernah memiliki komputer ini bukanlah seorang wanita tua berusia 75 tahun seperti pada umumnya. Dia adalah ibu dari legenda internet Swedia, Peter Löthberg, yang bersama dengan Karlstad Stadsnät, tangan kanan jaringan dewan setempat, yang membuat hal ini dapat terwujud.

"Ini lebih dari sekedar demonstrasi," kata bos jaringan Hafsteinn Jonsson.

"Sebagai pemilik jaringan kami sedang berusaha untuk membujuk operator internet untuk berinvestasi dalam koneksi lebih cepat dan Peter Löthberg ingin menunjukkan bagaimana Anda dapat membangun koneksi jarak jauh berkapasitas besar dengan harga murah.," Katanya kepada The Local.

Sigbritt sekarang akan dapat menikmati 1.500 HDTV secara bersamaan. Atau, jika tidak ada yang layak ditonton di sana, dia dapat men-download FullHD-DVD hanya dalam waktu dua detik.

Rahasia di balik koneksi ultra-cepat Sigbritt adalah teknik modulasi baru yang memungkinkan data yang akan ditransfer langsung antara dua router yang terpisah dengan jarak hingga 2.000 kilometer, tanpa transponder perantara.

Menurut Karlstad Stadsnät jarak, dalam teori, tidak terbatas - tidak ada kehilangan data selama serat optik di tempat.

"Saya ingin menunjukkan bahwa ada metode lain selain cara-cara kuno seperti kabel tembaga dan radio, yang tidak memiliki kemampuan yang serat optik miliki," kata Peter Löthberg, yang kini bekerja di Cisco.

Cisco memberikan kontribusi terhadap proyek ini. Tetapi intinya, kata Hafsteinn Jonsson, adalah bahwa teknologi serat optik membuat koneksi kecepatan tinggi tersebut secara teknis dan secara komersial dapat diwujudkan.

"Bagian yang paling sulit dari keseluruhan proyek menginstal Windows pada PC Sigbritt itu," imbuh Jonsson

Sungguh WOW!
Tahun 2007/2008 di Indonesia, khususnya saya, adalah tahun transisi menuju internet rumahan. Ketika itu warnet cukup menjamur, friendster marak, dan facebook mulai dikenal sebagian kecil penduduk Indonesia. Kebutuhan internet mulai populer.

Saya sendiri (sekeluarga) pada waktu itu mulai membutuhkan internet yang dapat digunakan sewaktu-waktu di rumah. Awalnya menggunakan telkomnet instan, tetapi ternyata kurang cocok dan sangat membebani tagihan dengan koneksinya yang lambat. Kemudian mencoba beralih menggunakan GSM dengan modem ponsel, yang ternyata koneksinya samasekali tidak dapat diandalkan.

Pada akhirnya kami memutuskan langganan telkom speedy. Pada waktu itu harga langganan mencapai Rp 200.000,- per-bulan* dengan quota hanya 50 jam per-bulan*. Artinya setiap hari kami hanya bisa menikmati sekitar 1,5 jam internet jika tidak ingin kelebihan beban tagihan. Sayangnya hampir setiap bulan tagihan membengkak sampai hampir Rp 700.000,-*.
)* seingat saya

Beberapa bulan kemudian muncullah ide RT/RW net. Dimana kami sekampung patungan untuk langganan speedy warnet. Koneksi jaringan menggunakan kabel dan wireless. Harga langganan tiap rumah adalah Rp 50.000,- per bulan. Setahun kemudian saya beralih ke koneksi modem CDMA dengan biaya langganan Rp 50.000,- hingga Rp 100.000,- karena kami sekeluarga pindah dari kampung tersebut.

Kembali ke topik,
sebenarnya koneksi 40 Gbps tidak berlangsung lama, sejauh pencarian saya setahun/dua tahun kemudian sudah ada yang memecahkan rekor kecepatan internet Nenek Sigbritt, bahkan dengan kecepatan dua kali lipatnya. Yang pertama adalah rekor tahun 2009

Rekor 2009
Pada tahun 2009 dipecahkan rekor koneksi dengan kecepatan 119 Gbps. Saya sendiri tidak menemukan berita lengkap mengenai ini.

Rekor 2011
Duet Caltech dan University of Victoria telah memecahkan rekor dunia untuk kecepatan transfer terus menerus antar komputer melalui jaringan. Antara konvensi SuperComputing 2011 (SC11) di Seattle dengan University of Victoria Computer Centre, Kanada. Dengan jarak 217km dan transfer rate 186 gigabit per detik dicapai melalui link fiber optik 100Gbps bidirectional yang terdiri dari 98Gbps di satu arah dan 88Gbps di arah yang lain.

Rekor 2012
Insinyur di Caltech dan University of Victoria di Kanada telah mengalahkan rekor kecepatan internet mereka sendiri, yaitu mencapai kecepatan transfer 339 gigabit per detik (53GB/s).

Kesimpulannya
Meskipun secara kasat mata berita rekor-rekor setelah era Nenek Sigbritt begitu fantastis, nampaknya tetap tidak dapat mengalahkan cita rasa rekor koneksi 40 Gbps miliknya. Bagaimana tidak? Rekor-rekor koneksi tersebut bukanlah rekor untuk implementasi riil yang digunakan secara pribadi melainkan rekor koneksi untuk kelas enterprise dengan kebutuhan yang memang tinggi.

Sebenarnya pada sekitar tahun 2006 pun Siemens juga sudah membuat rekor koneksi 107 Gbps. Namun seperti yang saya katakan sebelumnya, bukan seperti yang dinikmati Nenek Sigbritt di rumahnya.

Sumber gambar dan referensi :
"Insólito – ¡Anciana de 75 años posee la conexión privada a internet más rápida del mundo!". Planetacurioso. Diakses 2 Maret 2013.
"Sigbritt, 75, has world's fastest broadband". The Local. Diakses 2 Maret 2013.
"Caltech sets 186Gbps internet speed record". Extreme Tech. Diakses 2 Maret 2013.
"Caltech and UVic set 339Gbps internet speed record". Extreme Tech. Diakses 2 Maret 2013.
"Siemens sets network speed record". Network World. Diakses 2 Maret 2013.

7 komentar:

Reky Wiryanto Bongso mengatakan...

buset, bagaimana kalau modem segede itu kecepatannya?
telkom speedy nggak bakal laku kyaknya :D

Ega Zulfikar mengatakan...

kalo bandinginnya sama modem sih, saya mikirnya lebih kayak gini..
64 Kbps = 80 derajat celcius.
40 Gbps = meledak

Muhammad Ali Mudzofar mengatakan...

Wah dirimu pengguna internet sudah sejak jaman dahulu kala yaaa... aku juga lumayan lama sih, 1999 masih sering ke warnet buat sekedar ngecek email haha



Setelah itu numpang koneksi internet di kampus, kantor sama warnet. Baru tahun 2009 internetan di rumah..

Ega Zulfikar mengatakan...

saya 1999 masih di TK Aba 35 semarang masndop. taunya baru komputer buat ngetik plus buat main Tycoon. belom tau ada internet :D

sekitar 2004 saya baru kenal warnet. waktu itu tarifnya 10ribu rupiah perjam.
eh, baidewai. pernah ngantor juga toh.

emen mengatakan...

wuidiiiih... andai saya punya koneksi sekencang itu di rumah *lap iler*

Ega Zulfikar mengatakan...

saya lanjutin ya, bang.
andai saya punya koneksi sekencang itu di rumah, niscaya saya bikin ISP sendiri untuk satu kota. banyak duit deh.. hihihi

wara sembara gan mengatakan...

akh jadi makin gila sma ini dunia, ada-ada aja otak manusia, tp klo google gmn berorganisasi ny, kn pasti dy butuh internet jga, trs blm lg bnyk hacker, yg mungkin bisa, ngambil alih google, kyk stitus cheat PB, pdhl PB sndri gk bwt, gk tw jga sih, kta ny mah dy yg bwt game ny tp dy jga yg bwt cheat ny, itu kn sma aj sbgi progam ilegal, yg bisa bwt orang rugi, blm di tambah virus ny, untung daftar virus smadav bnyk, kira-kira sekitar 3000 lbh, tp sya udh beralih ke baidu antivirus, dan berharap kita gk kelewatan, dngn ada ny barang modern dan canggih.